Selasa, 02 September 2008

Respek, ya untuk Kebaikan

Banyak orang yang terlalu semangat dalam bersikap respek kepada orang lain. Dia tidak bisa diam untuk memperhatikan atau memuji sesuatu. Dahulu ada pepatah yang berkata, “Sesuatu jika berlebihan, akan berubah 180% dari yang diinginkan”.

Maka hendaknya Anda respek terhadap sesuatu yang bagus-bagus yang kiranya dia senang ketika orang melihatnya, dia menanti pujian mereka dan ingin mendengarkan perkataan takjub dari mereka. Sementara, sesuatu yang dia malu jika orang tahu atau memperhatikannya, maka usahakan Anda jangan menyinggungnya.

Contoh, Anda masuk ke rumah sahabat Anda. Lantas Anda melihat ada kursi yang sudah tua. Hati-hati, Anda jangan menjadi orang tolol yang mengusulkan sesuatu yang tidak dia minta. Hati-hati. Jaga lisan Anda agar tidak berbicara berlebihan. Jangan sampai Anda berkata, “Mengapa kamu tidak mengganti kursimu itu”. “Lampu yang itu sudah tidak berfungsi lagi. Kenapa tidak beli lampu baru?”. “Cat rumahmu sudah lama sekali. Mengapa tidak kamu cat dengan yang baru?”.

Sobat, dia tidak meminta Anda untuk mengusulkan sesuatu. Anda juga bukan insinyur yang sudah membuat kesepakatan dengannya untuk mendekor rumahnya. Cukuplah Anda diam saja. Bisa jadi dia memang tidak mampu untuk menggantinya. Barang kali dia sedang kesulitan keuangan atau masalah lainnya. Sangat tidak mengenakkan jika ada orang yang melihat sesuatu yang tidak dia sukai, apalagi dia menunjuk-nunjuk dan mengomentarinya.

Seperti juga, ketika dia memakai pakaian lama, atau AC mobilnya rusak. Katakan saja yang baik-baik. Kalau tidak bisa, lebih baik Anda diam.

Ada cerita bahwa seseorang datang menengok temannya. Dia lantas menghidangkan roti dan minyak. Tamu itu berkata, “Ada mentega tidak”. Tuan rumah lantas pergi ke rumah saudaranya untuk meminta mentega, namun dia tidak menemukannya. Dia lantas keluar untuk membelinya. Padahal dia tidak punya uang. Pemilik toko tidak mau menjualnya kepadanya jika pembayarannya belakangan. Dia lantas pulang dan mengambil ceret yang biasa dia gunakan untuk berwudhu. Dia berikan kepada pemilik toko sebagai jaminan. Jika dia tidak dapat membayarnya, pemilik toko boleh menjual barang tersebut dan mengambil uangnya untuk menutupi hutangnya. Dia lantas mengambil mentega dan dia hidangkan untuk tamunya. Tamu itu pun lantas makan roti dengan mentega.

Ketika tamu itu selesai makan, dia berdoa, “Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan minum sehingga kami bisa qanaah dengan apa yang Engkau berikan kepada kami”.

Pemilik rumah bicara secara lirih dan sedih, “Jika saja kamu bersifat qanaah, tentu ceretku tidak akan tergadaikan”.

Demikian juga jika Anda menjenguk orang sakit, jangan sekali-kali Anda mengatakan, “Waduh, wajahmu menguning, matamu sudah layu, kulitmu kering”. Aneh sekali perkataan Anda ini. Memangnya Anda dokter pribadinya? Katakan yang baik-baik. Jika tidak bisa, ya diamlah.

Ada cerita bahwa seseorang yang menengok orang sakit. Dia duduk di sampingnya dan bertanya mengenai sebab penyakitnya. Pasien itu memberitahukan sebabnya. Kontan saja, orang yang menengok ini berkata dengan lantang, “Aduh, penyakit ini pernah mengenai sahabatku, dan dia langsung mati. Juga mengenai sahabat dari sahabatku. Dia sakit cukup lama dan akhirnya mati. Pernah juga mengenai si Fulan, tetangga istriku. Dia pun mati”. Pasien itu mendengarkan perkataannya. Dia terasa mau marah. Ketika pengunjung itu ingin pulang, dia sempat menengok kepada pasien dan berkata, “Beri aku wasiat sebelum kamu mati”. Pasien berkata, “Ya. Jika kamu keluar dari ruangan ini, jangan lagi kamu kembali”. Jika Anda menengok orang sakit, jangan ingatkan dia kepada kematian.

Ada lagi sebuah cerita, bahwa ada seorang wanita tua, sahabat dari wanita tua juga sedang sakit. Lantas orang tua yang sehat ini memerintahkan kepada anak-anaknya agar bersama-sama menengok sahabatnya yang sedang sakit. Banyak anaknya yang beralasan tidak dapat hadir. Ada satu anaknya yang mau menengoknya. Ketika sudah sampai ke rumahnya wanita yang sakit, ibunya turun dari mobil, sementara anaknya menunggu di mobil. Ibunya lantas masuk ke ruangan wanita tua yang sakit tadi. Dia sudah sembuh. Dia mengucapkan salam dan mendoakannya. Lantas keluar ruangan. Di sana dia bertemu dengan anak perempuannya sedang menangis. Wanita tua itu berkata tanpa ada beban apapun, aku tidak dapat mendatangi kalian semauku, apalagi ibu kalian sedang sakit. Kayaknya dia akan mati. Lebih baik aku mengucapkan bela sungkawa dari sekarang!!!

hati-hati. Jadilah orang yang respek ketika orang sedang senang. Bukan ketika dia sakit.

Persoalannya

jika kebetulan Anda memandang sesuatu yang tidak mengenakkan, seperti ada sesuatu di bajunya, atau karena bau tidak enak, maka Anda harus hati-hati. Jadilah orang yang lemah lembut dan cerdik.

Tidak ada komentar: