Selasa, 02 September 2008

Puasa; Ingat Nikmat-Nya

Pada saat orang yang berpuasa merasakan perihnya lapar dan keringnya dahaga, ia akan teringat betapa sengsaranya penderitaan orang-orang fakir dan kemelaratan hidup mereka. Mereka adalah kaum yang tidak bisa memenuhi kebutuhan dan kelayakan hidupnya sepanjang tahun. Maka dengan ibadah puasa ini, orang-orang kaya dan selalu hidup berkecukupan akan merasakan lapar yang sama seperti yang dirasakan oleh orang-orang fakir. Dengan begitu, kelalaian terhadap kesengsaraan orang-orang fakir, yang selama ini tertutupi dalam dirinya akibat perutnya yang selalu kenyang, bisa disingkirkan. Sensitifitas dan empatinya terhadap sesama akan kembali bangkit. Mereka, orang-orang yang selalu merasakan kelapangan, akan kembali bisa mengingat kondisi riil yang dirasakan oleh orang-orang yang mengalami kesulitan hidup. Mereka pun menjadi semakin bertakwa kepada Allah.

Kedatangan bulan Ramadhan, pertama, bertujuan untuk mengingatkan kita betapa besarnya nikmat Allah yang kita terima, dan harus kita syukuri. Kedua, untuk mengingatkan kita tentang kondisi orang-orang fakir yang ada di sekitar kita, di mana dengan puasa kita bisa merasakan langsung rasa lapar dan dahaga mereka. Dengan begitu, sensitifitas kita menjadi terketuk, sehingga kita pun tergerak untuk memberikan uluran tangan kasih kepada mereka, dan menghapuskan kesusahan yang mereka derita, serta memberikan rasa gembira dalam diri anak-anak mereka, sebagaimana kegembiraan yang kita berikan kepada anak-anak kita sendiri. Apabila rasa kasih sayang telah tumbuh dan berkembang pada sesama manusia, maka akan lenyaplah sifat iri, dengki, dan kebencian.

Syukur yang tulus dan dituntut dari seorang muslim adalah pandai menempatkan dan memosisikan nikmat yang telah diberikan Allah. Yaitu dengan menggunakannya pada jalan ketaatan dan dakwah di jalan Allah, bukan jalan kemaksiatan.

Puasa yang benar mampu menjadikan manusia mengenal lebih dalam tentang nikmat Allah dan menjadikannya pandai memanfaatkan nikmat-nikmat tersebut di jalan Allah. Oleh karena itulah, Allah swt menutup ayat yang berkenaan dengan puasa dengan menggunakan kalimat, Dan agar kalian bersyukur. (al-Baqarah [2]:185) (ad-Dausarî, hal.32)

Nikmat itu bukan hanya sebatas makan dan minum, tapi lebih besar dari itu. Sesungguhnya kita sedang berada dalam kenikmatan yang sangat luar biasa, yaitu nikmat iman dan hidayah memeluk agama ini, serta nikmat mendapatkan petunjuk dalam menjalankan perintah agama. Di antara nikmat lagi adalah Allah memberikan Anda panjang umur, sehingga Anda bisa bertemu kembali dengan bulan Ramadhan berikutnya.

Kesehatan juga merupakan nikmat yang agung. Suatu hari ada seseorang datang menemui Yûnus bin ‘Ubaid. Ia datang mengeluhkan kondisinya yang serba kesusahan. Maka Yûnus berkata kepadanya, “Apakah kau akan merasa lapang, jika matamu yang kau gunakan untuk melihat, dibeli dengan harga 100 ribu dirham?” Orang itu berkata, “Tidak, apa yang bisa aku perbuat dengan 100 ribu dirham sementara aku harus menanggung kebutaan.” Yûnus menawarkan lagi, “Kalau begitu, tanganmu saja yang aku beli dengan 100 ribu dirham?” Ia menjawab, “Tidak.” Yûnus menawarkan lagi, “Bagaimana dengan kakimu?” Ia menjawab, “Tidak.” Lalu Yûnus mengingatkannya tentang berbagai macam nikmat Allah swt dan ia melanjutkan perkataannya, “Aku melihat pada dirimu nikmat-nikmat yang bernilai ratusan ribu, jadi dengan segala yang kau miliki, mengapa kau masih mengeluhkan kebutuhan-kebutuhanmu?” (Shalâhu al-Ummah, vol.5, hal.486)

‘Abdullâh bin Abû Dâud berkata, “Aku melihat pada tangan Muhammad bin Wâsi’ sebuah luka yang bernanah dan seolah-olah ia tidak senang dengan apa yang aku lihat tersebut. Lalu ia berkata, “Apakah kau tahu apa yang diinginkan Allah dariku dengan luka bernanah ini? selama Allah tidak menjadikan luka ini ada pada pupil mata atau lidahku, maka semua ini masih terasa ringan bagiku.” (Shalâhu al-Ummah, vol.5, hal.488)

Kemudian, yang juga termasuk kenikmatan adalah Allah menyelamatkan Anda dari perbuatan dosa, sedang Anda melihat orang lain terjerumus dalam dosa itu. Di antara kenikmatan lagi adalah Anda masih mampu mensyukuri nikmat yang Anda miliki. Sebab kesadaran yang Allah berikan dalam diri Anda untuk mensyukuri nikmat-Nya adalah sebuah kenikmatan yang sangat besar.

Seorang penyair bersenandung:

Jika mensyukuri nikmat Allah adalah nikmat

Maka betapa wajibnya aku menyatakan kesyukuran

Bagaimana mungkin bisa mensyukuri, kecuali dengan anugerah-Nya

Walaupun usia panjang dan hari-hari banyak dilalui

Jika kesenangan yang dirasa maka betapa gembiranya

Dan jika kesengsaraan yang mendera maka ada pahala di baliknya

Tidaklah kedua-duanya kecuali merupakan anugerah dari-Nya

Yang bisa melenyapkan segala angan-angan di daratan dan lautan

Tidak ada komentar: